Kosmopolitan.id, Samarinda – Upaya menjadikan Samarinda sebagai Kota Layak Anak (KLA) kategori utama kembali dihadapkan pada tantangan lama: belum tersedianya transportasi pelajar yang aman dan terjangkau secara merata.
Meski berbagai indikator tengah digenjot, namun kebutuhan dasar yang satu ini justru masih menggantung.Kondisi tersebut terlihat jelas saat tim verifikasi lapangan hybrid KLA meninjau sejumlah lokasi di Samarinda, Senin (16/6/2025).
Sorotan tertuju pada fakta bahwa banyak pelajar masih harus menggunakan kendaraan pribadi ke sekolah, kendati sebagian besar belum cukup umur untuk memiliki surat izin mengemudi.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, Hotmarulitua Manalu, tak menampik realitas tersebut. Menurutnya, Dishub sudah sejak lama mengusulkan pengadaan angkutan pelajar ke pemerintah kota, namun hingga pertengahan 2025 belum juga ada kejelasan soal alokasi anggarannya.
“Saat ini, angkutan pelajar memang belum tersedia. Harapan kita semua tahun depan bisa terealisasi,” ucapnya singkat.
Minimnya akses angkutan pelajar ini berkonsekuensi pada keselamatan di jalan.
Banyaknya siswa yang membawa motor sendiri tanpa SIM dinilai meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas, khususnya di jam-jam sibuk sekitar lingkungan sekolah.
Sebagai bentuk mitigasi awal, Dishub telah merancang skema transportasi pelajar terbatas, beroperasi dua jam sebelum masuk sekolah dan dua jam saat pulang. Namun, cakupan awalnya hanya akan menjangkau sekolah-sekolah tertentu di wilayah Loa Bakung, yang dinilai sebagai zona prioritas.
Sementara menunggu skema tersebut berjalan, Dishub masih mengandalkan penerapan Zona Selamat Sekolah (ZOSS) di beberapa ruas padat lalu lintas, seperti Jalan Dr Sutomo, Jalan Kadrie Oening, Jalan Pahlawan, dan Jalan Pangeran Antasari.
“Dengan adanya ZOSS, setidaknya bisa meminimalkan kecelakaan karena pelajar sudah dilarang membawa kendaraan ke sekolah,” pungkas Manalu. (Redaksi)
