Khoirun Nisa
Satu generasi telah mendewasa
Sungai Santan menangis meratapi kematiannya
Menambah daftar luka bumi Kalimantan
Kulitnya tak lagi segar dan jernih
Tubuhnya kotor, dipenuhi keringat para angkara
Alirannya telah meradang
Dipenuhi sisa-sisa emas hitam
Dikubur lumpur penuh dengan racun
Tak ada lagi yang berani berziarah
Atau menari-nari dalam basah
Sebab buaya mandi di sana, dengan penuh duka juga darah
Karena rumahnya telah dijarah
Oleh penaja, disulap menjadi tambang