Kosmopolitan.id, Samarinda – Program Sekolah Rakyat yang bakal dijalankan di Samarinda menciptakan standar baru dalam dunia pendidikan Indonesia.
Untuk pertama kalinya, murid dari keluarga miskin ekstrem akan belajar di fasilitas sekelas sekolah unggulan bukan di sekolah seadanya seperti yang selama ini jadi realita.
Langkah ini tak hanya menyentuh persoalan akses, tapi juga menyasar martabat. Samarinda menjadi satu dari kota yang dipilih pemerintah pusat untuk memulai pendekatan baru ini.
“Anak yang tidak mampu selama ini hanya masuk sekolah yang minim fasilitas. Di program ini justru dibalik, mereka masuk sekolah yang lengkap dan modern,” ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Samarinda, Asli Nuryadin.
Seleksi dilakukan berbasis data desil I dan II dalam sistem satu data nasional.
Artinya, hanya anak-anak yang masuk kategori penghasilan paling rendah yang akan diterima. Untuk tahap awal, jumlah siswa dibatasi 100 orang.
Mereka akan memulai belajar pada Juli nanti, di gedung milik Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltim yang digunakan sementara hingga gedung permanen rampung.
Lokasi pembangunan sekolah baru direncanakan di kawasan Palaran, dengan anggaran sebesar Rp280 miliar dari Kementerian PUPR.
Groundbreaking baru akan dimulai bulan depan.
“Kami sudah mendapat persetujuan penggunaan gedung BPMP dari pusat, sambil menunggu pembangunan sekolah permanen,” kata Asli.
Menurut dia, pendekatan yang digunakan dalam Sekolah Rakyat berbeda dengan program pendidikan konvensional.
Seluruh kebutuhan siswa ditanggung negara, dari laptop, seragam, hingga konsumsi harian.
Bahkan kurikulumnya mengacu pada kurikulum nasional plus yang selama ini hanya digunakan di sekolah swasta elite.
“Target kami adalah anak-anak yang selama ini tercecer dari sistem pendidikan formal. Di sini, mereka bukan cuma dapat akses, tapi juga kualitas,” jelas Asli.
Penunjukan Samarinda sebagai kota percontohan tidak terjadi begitu saja. Beberapa daerah lain di Kalimantan Timur seperti Kukar, PPU, dan Berau turut mengajukan diri. Namun akhirnya ibu kota Kaltim yang dipilih.
“Ini artinya pemerintah pusat melihat Samarinda sebagai wilayah yang siap dan layak menjadi pionir,” ujarnya.
Asli juga mengingatkan, meski gedung yang digunakan saat ini masih bersifat pinjam pakai, standar fasilitasnya sudah mencukupi untuk pelatihan guru dan kegiatan belajar mengajar. Ia menekankan pentingnya menjaga semangat para siswa dan keluarga.
“Fasilitasnya sudah sangat layak. Tinggal bagaimana kita semua membuktikan bahwa semangat belajar tidak kalah penting dari gedung megah,” demikian Asli. (Redaksi)