Kosmopolitan.id, Samarinda – Rencana pemindahan pedagang Pasar Subuh ke Pasar Beluluq Lingau yang akan dilaksanakan Senin (5/5/2025) memicu gelombang penolakan dari kalangan pedagang. Meski Lembaga Bantuan Hukum (LBH) telah berupaya membuka ruang dialog dengan Wali Kota Samarinda Andi Harun, hingga kini belum ada kepastian apakah suara para pedagang akan benar-benar didengar sebelum relokasi dilakukan.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Subuh, Abdus Salam, menegaskan bahwa relokasi ini bukan hanya soal tempat jual beli, tetapi menyangkut kelangsungan tradisi dan ruang hidup komunitas. Ia menyebut pasar tersebut tumbuh secara swadaya dan menjadi simbol keberagaman di Samarinda, terutama karena menjadi satu-satunya pusat kebutuhan non halal di kota ini.
“Kalau dipindahkan begitu saja, itu sama dengan menghapus sejarah kami. Pasar ini tidak muncul kemarin sore, tapi diwariskan turun-temurun,” tegas Abdus Salam, Minggu (4/5/2025)
Keputusan relokasi ke Pasar Beluluq Lingau yang berlokasi di Jalan PM Noor dinilai memberatkan pedagang. Jarak yang jauh dari lokasi sebelumnya dikhawatirkan akan memukul omzet para pedagang yang sudah mengandalkan rutinitas pembeli tetap sejak dini hari. Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan, sebab selama ini pembeli datang karena lokasi yang strategis dan mudah dijangkau dari pusat kota.
“Kalau relokasi ini tetap dipaksakan, bukan cuma kami yang rugi, tapi juga wajah Samarinda yang kehilangan satu simbol keberagaman dan solidaritas warga,” lanjutnya.
Sementara itu, Wali Kota Samarinda Andi Harun tetap bersikukuh bahwa relokasi adalah bagian dari program penataan kota. Ia menyebut proses ini telah disosialisasikan sejak Oktober 2023 dan merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang. Namun di mata pedagang, proses sosialisasi tersebut belum melibatkan dialog yang adil dan terbuka.
“Katanya sudah disepakati, tapi kenyataannya banyak dari kami yang tidak pernah merasa dilibatkan. Jangan sampai penataan kota justru mengorbankan yang sudah tertata di tengah masyarakat,” ujar seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Meski pemerintah mengklaim fasilitas di lokasi baru lebih lengkap dari lapak bersih, genset, hingga IPAL, tetapi bagi pedagang, hal itu tidak serta merta menjamin kelangsungan usaha mereka. Beberapa bahkan menyebut fasilitas bagus belum tentu menjamin pembeli akan datang.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Samarinda, Nurrahmani, menyampaikan bahwa penataan telah dirancang matang, termasuk pemisahan komoditas untuk menjaga kenyamanan. Namun langkah seperti pasar murah dan promosi daring dianggap sebagian pedagang sebagai solusi jangka pendek yang belum tentu berhasil menggantikan kehilangan relasi sosial dan konsumen tetap di lokasi lama. (Redaksi)